SELAMAT ATAS TERPILIHNYA YOPPY MAIRIZON R.S SEBAGAI REPORTER KORANDIGITAL.COM DAN SELAMT ATAS PELUNCURAN PORTAL BERITA KORANDIGITAL.COM 1 JUNI MENDATANG

Kamis, 23 Desember 2010

IMPIAN SEKOLAH RIMBA


IMPIAN SEKOLAH RIMBA

Saat pertama aku dan teman-teman di gedung beratap biru, berdindingkan bibir tebing merah. Rindang dedaunan, gemersik gesekan, nada kerisik, mengawal kami bertunggang-tunggik mengejar kesuksesan. Di sekitar ulat berbulu halus, hamparan rumput liar dimana aku dan teman-teman mengantung impian.
Udara dingin, embun di bibir bukit itu masih belum hanjak, tapi diwaktu itu pula kami datang, sebuah harapan indah tertuang di setiap langkah kami. Di sana tempat aku dan teman-teman menuai ilmu. Berakhir kami sama-sama bermimpi….
“Jurusan apa ?” tanyaku.
“ Teknik komputer dan jaringan, hanya itu jurusan yang ku nilai pas”, jawabnya.
“ Perawakan gagah, bertubuh besar, masa memilih jurusan teknik  komputer jaringan. Bukankah ada otomotif, bangunan, dan listrik pungkasku.
“ Toh, ini minat dan kata hati, perawakan itu boleh-boleh saja, untuk apa jika tak kata hanura”, pungkasnya balik

Aku pun termenung, terpikir ucapan dari teman sejurusan ku tadi. Minat, kata hati dan hati nurani, kata-kata ringan yang mendunia. Kembali bibir ini tak mau diam, ingin rasanya berceloteh panjang dengan teman sejurusanku itu.

“ Mata mu tajam bak harimau mencari mangsa, apa yang kau lirik dari ku ?”, sindir temanku.
“ Astagfirullah, ti…….dak- tidak apa-apa, aku hanya terpelongoh memikirkanmu”.
“ Waha ha ha, tak elok kau memikirkan pria tampan macam ku “.
“ Bukan karena sampul tubuh mu yang bak burung merpati namun karena pikiran mu yang keruh dan sok bangsawan itu!”, tutur ku .
“ Jangan melempar wajah seperti itu, kau bilang aku keruh trus bagaimana dengan mu ? gila, stres, dan kurus”, cemooh teman.
Hujan kata-kata pun saling berbuah dari bibir teman ku termasuk juga aku yang tidak tinggal diam. Satu duamenitpun waktu berjalan mulut yang tadi berkicau kini mulai mereda.
“ Gini, sebenarnya ku mau bertanya padamu, tetapi ya karena ulah kamu juga”, ujarku menjelaskan permasalahan.
“ Ulah aku bagaimana ?, apa mungkin ada yang salah dengan ucapan ku ? !
“ Sudah-sudah lebih baik aku mengalah daripada harus berurusan dengan orang berkepala batu seperti kamu”, jelasku untuk berdamai.
Suasana pun semakin mereda teman berkepala batu itu berhasil ku lelehkan, kami pun saling diam diri menyekap bibir yang tadi memancing masalah.
“ Oh ya, kamu kok mau sih bersekolah di sekolah yang lekang keramaian ini?”, tiba-tiba teman ku bertanya.
“ Bagaimana pula dengan mu, kenapa memilih menggali ilmu di bibir bukit gundul ini?”, tanya ku balik
“ Nada indah yang setia meraung di sisi belakang, terapi kulit dari binatang berbulu yang kerap kali memanjakan ku, dan yang pasti benih embun di pagi hari membuat ku merasakan suasana musim salju bak di kota Shanghai”, ujar teman ku itu.
“ Jangan sok berpuitis di depan ku, jujur itu pujian yang mengekang telinga ku”.
“ Nah, tadi kamu bertanya!”, tutur teman ku.
“ Mulut mu benar-banar memuji sekolah yang ku idamankan. Tempat aku meniti rentetan perkembangan ilmu, tempat dimana aku dihadapkan pada sulitnya bersekolah, tempat aku menerima kenyataan pahit susah nya mendapatkan pendidikan, dan dimana aku dikenalkan pada dunia alam”, sahut ku.
Ada yang tinggal dari perkataan mu. Tempat dimana kita dipertemukan dengan pengajar cantik, dimana kita dipertemukan dengan teman maupun lawan, dan tempat dimana kita memancang angan menjadi bangsawan”, tambahnya.
“ Iya…….iya……..iya……., wkk, tawa canda kami dipenantian bel berbunyi.

Tak terasa celoteh panjang itu telah membawa kami ke pukul 2.00, saat dimana kami harus berpisah. Terpaksa aku dan teman-teman pun harus menutup cerita inspiratif ini. Kami pun harus pulang untuk mempersiapkan hari esok.



***
Hari-hari pun tertutup menginjak tahun dan tahun demi tahun pun berlalu tidak terasa kini tinggal di penghujung tahun ajaran baru. Tak lama lagi kami akan meninggalkan kampus beratap biru dimana kami memperoleh sekopan ilmu dan cangkulan pengalaman yang siap kami gerobakkan untuk membangun masa depan.
Di Senin pagi yang cerah itu………
“ Kalian tingkat tiga, tidak ada waktu lagi kalian untuk berleha-leha, tinggal empat bulan lagi kalian belajar dan harus dihadapkan dengan ujian-ujian!”, pesan Kepsek diamanat   upacara saat pagi itu.

Sontak kami pun ternganga mendengar amanat di pagi itu. Rasa cemas, kembali menghadapi kami, pagi cerah itu kembali cemberut. Entah karena belum siap, tak tau apa sebabnya sampai-sampai kami tak sadar pemimpin upacara telah membubarkan barisan.
“ Tidak terasa ya!!! Hanya hitungan bulan lagi kita akan UN
“ Iya………iya, baru kemarin rasanya kita MOS tapi sekarang kita harus meninggalkannya”, gunjing siswa/ siswi tingkat tiga di ruang kelas.
Cengkrama pun berlangsung lama, seakan rapat paripurna kecil-kecilan di ruang yang terbilang sederhana, dengan korsi yang lapuk dan coret moret lukisan tinta di meja. Seorang teman bertanya……..
“ Setamat dari sini mau mudik kemana?”, ujar teman sebangku ku.
“ Nganggur Study 1 tahun dulu, lalu baru kkuliah”.
“ Kerja donk!......kerja, SMK bisa !!!”
“ Lanjutin study dulu”.
“ Yang pasti merit”, tutur kami bercanda.

Namun seorang sahabat pendiam pun bicara dengan nada yang pelan.
“ Jangan lupa dengan teman-teman kelas jika sukses, saling tolong menolong, jangan lupa diri”, nasehatnya.

Kami pun terkaget, tertunduk pilu semua rasa dan asa kini bercampur di jiwa, terpikir masa depan.
“ Oke…….ok, tidak akan terlupakan gurau yang menghibur ruang hati, dan perjalanan panjang semasa bersekolah, Insyaallah itu semua akan terlaksana”, tutur ku haru.
“ No ponsel jangan digonta-ganti ya!, tambah FB, dan Email masih satu akun, biar kita saling berinformasi, “usul sang juara kelas.

Kami pun terhanyut dalam mimpi di masa datang, angan panjang pun kami perbincangkan

“ Bro, kalau sudah di ITB nanti jangan lupa kontak ke UNAND ya!”, sindir teman-teman.
“ Tambah-tambah yang di STAN hati-hati jangan jadi Akuntan yang korup, kuliah benar-benar agar bisa jadi menteri keuangan”.
“ Yang lagi di UI jangan lupa sahabat dan kampung halaman, jangan mentang-mentang di hubungan Internasional jadi lupa hubungan dengan sahabat”, tutur kawan-kawan saling sindir menyindir.
“ Nah, saya yang lagi di UPI gimana”, ujar sang kreatif kelas.
“ Tenang-tenang kan ada saya di AMIK, tinggal hubungin 08xxxxxxx kelarkan”, sahut teman berkepala batu.
“ Yang penting kita harus bangun kampung halaman dan sekolah”, sahut seorang teman.
“ Nantik jangan berduri menuju sekolah kita kasih marmer berlapis emas, sekolah akan kita manjakan bak istana, fasilitas nya kita inpor dari luar negeri”, angan sang kreatif kelas.
“ Waw, gak kebayang lagi”, sahut ku.
“ 1 siswa kita beri laptop + modem, pokoknya apa yang kita rasa perlu dan yang tidak kita dapatkan sekarang akan kita wujudkan nanti”, amin.
“ Amin…..amin…….amin, ada yang terlupa terapi dari ulat berbulu halus dijamin tidak ada lagi”, tutur ku.
“ Wha…………..ha…….ha……….ha

Kami pun tertawa di angan yang abu-abu. Mimpi indah akan kita kenang selalu, janji semasa kita berseragam putih abu-abu akan kita buktikan, biar kita belajar dengan nada gemersik, kerisik pepohonan, berdindingkan dinding tebing merah namun impian dan angan kita tinggi.
Selamat menuju kesuksesan, selamat mewujudkan impian dan cita-cita.
Selamat menggapai impian pelajar sekolah rimba ………Good luck di wahana kesuksesan